‘Hijau’ sedang menjadi isu global, sampai-sampai menjadi ikon beberapa aktivis bahkan perusahaan dengan istilah ‘go green’. Isue ini semakin menjadi strategis seiring dengan perkembangan pembangunan perkotaan di seluruh dunia.
Saya sangat mengapresiasi langkah progresif ini, dan berharap kita tidak latah dengan jargon tersebut ex: go green, green city, green building, green campus, dll. Langkah pertama kita adalah mencoba menarik dari ‘bahasa langit’ tersebut menjadi ‘membumi’.
Dalam kasus studi bagaimana membuat kampus yang hijau, kita bisa menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan hijau dalam arti sempit dan hijau dalam arti luas.
Secara mudah dapat kita artikan sebagai bagaimana membuat kampus menjadi hijau. Paling mudah adalah dicat menjadi hijau. Just kidding.
Bagaimana membuat hijau dapat dilakukan dengan 2 cara:
a. Membuat ‘JALUR HIJAU’ dan ‘RUANG HIJAU’ sebagai pembentuk STRUKTUR RUANG KAWASAN
Struktur ruang kawasan terdiri dari 2, yaitu
- Kerangka Utama Kawasan
PR buat kita adalah “bagaimana jalur hijau menjadi pembentuk kerangka utama kawasan”, langkah awal adalah dengan memetakan bentuk kerangka kawasan kampus kita, setelah itu kita ber’metafora’ dengan vegetasi, yaitu membuat vegetasi dapat bercerita sesuai dengan karakternya. Caranya adalah menempatkan vegetasi sesuai dengan karakternya, seperti yang kita tau vegetasi kan memiliki sifat dan fungsi yang berbeda-beda dari mulai ground cover, pengarah, peneduh, barrier, dsb.
Nah disini main of the gamenya, biasanya kita membuat kawasan menjadi berpola grid, concentris radial, loop, dll dengan menggunakan jalan sebagai kerangka, sekarang kita menggunakan rangkaian jalur hijau sebagai pembentuknya.
Kita coba bayangkan kalo kita menggambar peta menggunakan CAD dan hanya layer vegetasi yang dihidupkan, maka akan terbentuk kerangka kawasan dan kita dapat dengan mudah menyimpulkan bentuk kawasan tersebut apakah grid, radial, loop, dsb. Semakin mudah kita menyimpulkana, artinya kita semakin sukses dalam membentuk kerangka hijau kawasan.
- Ruang Utama Kawasan
Pembentuk ruang yang kedua adalah ruang utama. Suatu struktur ruang dikatakan benar adalah jika ruang-ruang utama kawasan terkases kerangka utama. Pertama harus kita petakan ruang utama eksisting maupun rencana di kampus kita terlebih dahulu.
Nah untuk konsep hijau ini, bagaimana ruang-ruang utama kampus menjadi hijau yang berpola, tentunya dengan pengaturan layout perletakan vegetasi sesuai dengan fungsinya.
Kita coba bayangkan dulu secara 2D di CAD, kalo kita matikan semua layer dan hanya layer jalur hijau dan ruang utama saja yang kita aktifkan, akan terbentuk pola ruang (pattern of site) meskipun tanpa ada bangunan dan jalan di peta tersebut. Saya punya pemikiran bahwa sekumpulan vegetasi dapat menjadi pembentuk morfologi kawasan. Selama ini kan bentukan ruang (morfologi) ditentukan berdasarkan site (tapak) bangunan. Kita coba out of the box deh...
b. Membuat hijau bangunan
Berikutnya adalah membuat hijau bangunan sebagai pengisi ruang utama kawasan kampus kita. Green building secara sempit dapat diartikan sebagai bangunan yang hijau sedangkan untuk arti luas akan saya tulis di poin berikutnya.
Bangunan yang hijau adalah bangunan yang memiliki banyak vegetasi. Di Jakarta saya pernah mempunyai pengalaman mengurus perijinan untuk pembangunan rumah susun, ternyata di Dinas Pengawasan Dan Penataan Bangunan, disana saya direkomendasikan untuk membuat roof garden, iya betul sekali, atap yang flat dibuat menjadi taman dan itu sudah menjadi aturan di DKI. Saya bertanya selain itu apalagi untuk mewujudkan green building secara sempit? Jawabannya adalah vegetasi yang merambat di bangunan (untuk bangunan tinggi).
Nah dari pengalaman itu bisa saya simpulkan untuk membuat green building adalah dengan membuat taman diatas atap yang flat dan menghiasi dinding bangunan dengan vegetasi merambat.
Selain itu untuk fungsi linkage antar building dibuat koridor hijau, bisa dengan bentuk pergola yang ditanami vegetasi rambat diatasnya, atau hanya koridor pengarah saja. Ex: antara gedung teknik dengan hukum disambungkan dengan koridor hijau, serta dengan gedung-gedung lain.
2. Hijau dalam arti Luas
Saat ini kan sedang hangat-hangatnya isu global warming dan sustainable development. Nah hijau disini adalah bagaiman kita bisa menjawab tantangan itu yang diejawantahkan dalam desain ruang (sesuai ilmu kita). Selain itu konsep hijau adalah seimbang secara ekologis, sosial budaya, dan ekonomi.
Berdasarkan pemahaman saya ada beberapa poin yang pernah saya lakukan untuk menjawab isu tersebut dalam beberapa pekerjaan, diantarnya adlah:
- Membuat sistem drainase vertikal untuk skala paling kecil adalah sumur biopori, skala agak besar adalah dengan bak resapan, dan kala yang luas adalah retention pond (semacam polder).
- Langkah ini dapat menjawab isue sustainable development, biar bentuknya bagus dan indah dapat kita kombinasikan dengan konsep taman, misalmya bak resapan kita kombinasikan dengan taman diatasnya.
- Bak resapan itu seperti suatu area yang kita angkat top soilnya terus ditata dengan batu belah, pasir dan ijuk dan ditutup dengan tanah diatasnya.
- Atau yang lebih advance lagi bagaimana menata kawasan dengan waterscape (taman air). Jadi fungsi resapan dan estetika dapat berjalan secara simultan.
- Membuat Ground Cover dengan sifat porositas yang tinggi, misalnya dengan rumput atau grass blok. Diharapkan akan semakin banyak air larian (Run off) yang terserap ke dalam tanah. Semakin masive ground cover semakin tidak direkomendasikan, contohnya paving blok, betonisasi, atau aspal.
- Membuat Desain Bangunan yang Ramah Lingkungan (environmental friendly), dapat dilakukan dengan membangun desain bangunan yang sesuai untuk iklim tropis (biasanya jurainya lebar, banyak bukaan, ketinggian antar lantai cukup tinggi, mengarah pada arah datang angin, tidak menghadap arah datang matahari, dsb), sehingga dapat meminimalkan penggunaan mekanikal elektrikal seperti AC, listrik, dll.
- Menerapkan Teknologi ramah lingkungan, misalnya dengan solar cell (tenaga matahari) untuk electricity, IPAL sehingga grey water sudah retatif aman untuk lingkungan, bak resapan, dsb.
Beberapa ide yang muncul berdasarkan pemahaman diatas terkait dengan pengembangan desain kampus yang hijau diantaranya adalah:
- Mengembangkan konsep sirkulasi di dalam lingkungan kawasan yang ramah lingkungan yaitu dengan pejalan kaki atau kendaraan tidak bermotor. Motor tidak boleh masuk sampai di dalam lingkungan kampus.Kesalahan kampus kita adalah kendaraan bermotor dapat mengakses sampai ke dalam kampus, menurut hemat saya itu bertentangan dengan konsep hijau. Saya pernah masuk UKSW Salatiga, sepertinya mereka menerapkan pembatasan akses kendaraan bermotor di dalam lingkungan kampus.Nah setelah kita batasi area sirkulasi kendaraan bermotor, untuk konsep sirkulasi internalnya bisa kita desain dengan konsep pedestrian mall atau semi pedestrian mall yang dikombinasikan dengan taman dan jalur hijau. Bener-bener surga bagi penjalan kaki.Mungkin terdapat jalur khusus untuk kendaraan bermotor yaitu untuk fungsi service dengan penyediaan service road.
- Mendesain struktur kawasan dengan jalur hijau dan ruang terbuka hijau
Mendesain pattern of site dengan menggunakan vegetasi (jalur hijau) dan mendesain morfologi ruang utama dengan vegetasi (misal menjadi bunder, kotak, atau segitiga) tidak dari bangunan tapi dari vegetasi. Selain itu bisa kita kobinasikan dengan waterscape atau blueplan kawasan misalnya dengan model long storage, danau, kolam retensi, dsb.Yang paling penting linkage antar bangunan menggunakan koridor hijau. Kita desain yang semenarik mungkin. - Mengarahkan desain bangunan yang ramah lingkungan
Memberikan guidance pembangunan building di dalam kawasan yang lebih ramah lingkungan. Misalnya dengan roof garden, vegetasi merambat, dsb.Untuk bangunan yang belum terbangun bisa diberikan panduan pembangunan dengan mengarahkan desain yang sesuai dengan iklim tropis, ramah lingkungan, dan energy saver. - Memperkenalkan program-program ramah lingkungan yang lebih advance
Mulai menerapkan program-program yang sudah ditulis di poin-poin sebelumnya sehingga menjadi lebih ramah lingkungan.
Bro & Sist’s ini hanya pemahaman saya terhadap konsep hijau, masih sangat terbatas dan masih perlu dikembangkan lagi. Mohon masukan dan saran.
Untuk temen-temen yang sedang menyusun RTBL dan saya denger ada yang mau desain kampus kita menjadi hijau, tolong dipahami dulu konsep hijau kawasan dan konsep hijau bangunan. Setidaknya 4 poin diatas dapat dijadikan grand skenario penataan kawasan kampus yang hijau.
Setelah tersusun skenario besarnya (grand skenario = 4 poin tersebut) baru dapat kita terjemahkan ke dalam elemen-elemen perancangan kota seperti tema kawasan, space use plan, sirkulasi dan parkir, street furniture, aktifitas pendukung, PSU, landscape dan waterscape, konservasi dan preservasi, dll.
Kesalahan terbesar dalam RTBL adalah mendesain secara detil secara sektoral terlebih dahulu tanpa menyusun konsep dan skenario makro terlebih dahulu. Akhirnya semacam kehilangan arah dan tidak punya ‘TASTE’.
Perlu diinget RTBL tidak hanya desainnya bagaimana, tapi kenapa bisa muncul desain itu serta bagaimana mewujudkannya, itu yang akan menjadi kekuatan perencanaan kita.
Dulu waktu semester VI dan saat mendapatkan tugas RTBL, saya melakukan kesalahan besar, yaitu langsung fokus ke desain elemen street furniture (latah ngikutin temen-temen), akhirnya produk saya tidak punya ‘taste’. Semoga kesalahan saya ini tidak terjadi pada teman-teman semua.
RTBL memiliki output penataan yang bersifat kuratif dan antisipatif, jadi sebagai designer kawasan kita harus lebih ‘gila’ dalam berimaginasi, tapi tetap berpijak pada konsep dan logical framework tentunya.
Kuratif artinya menyelesaikan permasalahan yang sudah ada, nah disitu kita bisa menggunakan konsep demolisi, adaptive, konservatif, dll. Sedangkan antisipatif lebih kepada arahan pengendalian bagaimana biar tidak terjadai permasalahan-permasalahan di masa yang akan datang.
Selain program fisik juga terdapat program nonfisik dan kelembagaan untuk mengatur pelaksanaan pembangunan kawasan.
Seluruh program yang sudah disusun terus ditahapkan menjadi 5 tahunan (biasanya disebut RPJM). Nah pentahapan itu didasarkan pada sekuensial dan keterbatasan biaya yang dimiliki.
Mohon maaf apabila ada kekeliruan, narasi ini hanya bersifat basic idea banyak celah yang bisa dikembangkan.
Semoga bermanfaat…
Tetap semangat, tetap sehat, tetap berkarya
Semoga menjadi Planner yang lebih punya ‘TASTE’
By. Adit, planologi UNISSULA
0 Comments:
Post a Comment